zwani.com myspace graphic comments

Selasa, 27 April 2010

REMAJA KE PESANTREN, MENGAPA TIDAK?

Di zaman ini kenakalan remaja semakin marak serta dianggap sebagai hal yang memalukan. Orang tua biasa pingsan karena malu jika mendapati anak laki-lakinya pulang dengan badan sempoyongan karena mabuk minuman. Atau bias snewen jika mendapati kenyataan anak gadisnya hamil diluar nikah. Maka segeralah Mereka menyalahlan anak-anak mereka habis-habisan, sebagai anak yang tidak tahu adat idak tahu balas budi, anak durhaka dan sebagainyasebagai gambaran betapa sakit hati orang tua atas pengkhianatan dan kenakalan anak-anak remajanya.
Padahal jika diantara mereka mau saling berinstropeksi diri,maka kesalahan sebenarnya bukan melulu pada anak–anak remajanya.Lihatlah bagaimana orang tua mendidik mereka sedari kecil.Sudahkah waktu kecil mereka mendapat sentuhan-sentuhan keruhanian,yang bias membuat hati mereka lembut ?....sudahkah orang tua mempersiapkan mental putra-putrinya untuk menghadapi gejolak globalisasi yang arusnya tak bias di bendung dengan siasat apapun kecuali dengan ketinggian akhlak anak yang di persiapkan orang tua semenjak dini.Apabila sudah begini keadaanya,maka bagaimanakah cara orang tua untuk menanggulanginya ?.
Jika seorang remaja yang “nakal” kemudian dimasukan kepesantren,maka bukan berarti pesantren itu sebagai tempat “pembuangan” anak nakal.Tetapi karena sebagian besar orang tua masih mempunyai kepercayaan besar terhadap pesantren,sebagai tempat berkumpulnya orang-orang baik yang berusaha untuk terus dekat dengan Allah.
Apalagi keprihatinan orang tua khususnya,atau masyarakat pada umumnya terhadap kenakalan remaja yang telah menjurus pada tindakan criminal ini,telah menimbulkan opini yang bermacam-macam.Dari berbagai opini yang muncul,akhirnya timbullah keinginan dalam hati masyarakat,terutama para orang tua,pencarian akan solusi yang tepat dan bermanfaat untuk menggerem atau setidak-tidaknya meredam gejolak panas akibat begitu panasnya para remaja usia sekolah maupun para pemuda dalam mencari sensasi dalam kehidupan mereka.
Adanya pondok pesantren merupakan satu pencerahan tersendiri bagi para orang tua yang kewalahan mendidik putra-putrinya yang terserat arus globalisasi yang keliru.Namun sekali lagi ,bukan berarti pesantren sebagai tempat berkumpulnya anak nakal.Pesantren lebih arif bila disebut sebagai sebuah lembaga untuk mencerahkan akhlak anak-anak remaja.
Di pondok pesantren, biasanya seorang anak akan ditempa dengan berbagai ilmu keagamaan dengan gemblengan yang mumpuni. Jadwal yang demikian ketat dalam pesantren, tidak memberi kesempatan bagi penghuninya untuk memikirkan hal-hal yang berbau negative.Apalagi jika pola pola pendidikan dalam pesantren dikemas sedemikian rupa,hingga anak tidak merasa terkekang dan terbelenggu segala aturan protokoler yang ada. Maka anak akan semakin enjoy aja belajar di pesantren.
Bukan berarti penulis mempromosikan pesantren, akan tetapi dari pengalaman yang pernah penulis dapatkan dari pesantren, memang pesantren sering dijadikan jalan alternatif bagi orang tua yang bijaksana, untuk meredam kenakalan-kenakalan anak remajanya dalam mencari sensasi hidupnya. Karena mereka menganggap pesantren adalah tempat orang-orang mencari petunjuk bagi jalan kebenaran.
Jadi, remaja ke pesantren, mengapa tidak?